Menurut
Muhammad Ismail sebagaimana dikutip oleh Sudjana (2008 : 12) mengatakan
bahwa pemahaman Islam tidak lain adalah pemikiran-pemikiran yang
memiliki penunjukan-penunjukan nyata, yang dapat ditangkap dengan logika
selama masih dalam batas jangkauan akalnya. Namun, bila hal-hal
tersebut berada diluar jangkauan akalnya, maka hal itu ditunjukan secara
pasti oleh sesuatu yang dapat diindera, tanpa rasa keraguan sedikitpun.
Dengan demikian peranan akal bagi manusia sangatlah penting dan
mendasar karena dengan akalnya ia dapat menentukan yang terbaik bagi
dunia dan akhirantnya kelak.
Rosulullah
saw pernah mengatakan bahwa tidak ada agama (Islam) tanpa adanya
aktifitas akal. Artinya bagi seorang muslim, keyakinannya tentang Islam
haruslah dibangun berdasarkan akal sehat dan penalarannya. Bukan hanya
sekedar dogma yang dipaksakan atau informasi-informasi tanpa kenyataan.
Akan tetapi, akal harus difungsikan sebagaimana mestinya (Sudjana, 2008 :
13).
Allah swt telah menurunkan mukjizat yang sangat berharga demi kelangsungan hidup manusia kepada nabi Muhammad saw berupa Al-Qur’anulkarim.
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang menjadi pedoman hidup serta
menyempurnakan kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum nabi
Muhammad saw. Al-Qur’an bukan hanya sekedar kitan suci bagi umat Islam,
tetapi Al-Qur’an bersifat universal yakni diperuntukkan untuk seluruh
umat manusia. Al-Qur’an merupakan rujukan dari berbagai macam ilmu
pengetehuan. Al-Qur’an bukanlah kitab sains, tetapi segala pengetahuan
tentang sains hendaknya dirujukkan kedalam Al-Qur’an. Al-Qur’an secara
eksplisit telah menerangkan tentang segala apa yang ada dan terjadi
dibumi ini dan dengan sains lah kita membuktikannya. Osman Bakar (1994 :
75) mengutip dari Brunner mengatakan bahwa seorang ilmuwan Muslim yang
termashyur yaitu Ibnu Sina mengatakan jikalau sebuah sains disebut sains
yang sejati apabila ia menghubungkan pengetahuan tentang dunia dengan
pengetahuan tentang Prinsip Illahi.
No comments:
Post a Comment