1.
Konflik
Pandangan Konflik dihadirkan oleh kalangan Atheis yang mengatakan
bahwa keseimbangan gaya pada alam semesta yang menghasilkan kondisi yang
kondusif bagi munculnya kehidupan dan kecerdasan adalah kebetulan semata. Menurut
mereka, manusia secara kebetulan berada di dalam sebuah alam semesta yang
memungkinkan hadirnya kehidupan dan kecerdasan. Demikian pula pendapat materialis
ilmiah mengenai kosmologi mengarahkan manusia kepada faktor kebetulan atau keniscayaan,
bukan mengarahkan manusia kepada desain atau tujuan.
2.
Independensi
Pada pandangan independensi, kalangan teolog mengklaim adanya
keharmonisan antara proses kosmik dengan Kitab Kejadian. Sejarah kosmik yang
menghasilkan pesona yang cerdas ditafsirkan sebagai ekspresi dari tujuan Tuhan
dan sebagai manifestasi sifat Tuhan yang cerdas dan personal.
Selanjutnya pendukung Independensi mengkalim bahwa makna religius
dari penciptaan dan fungsi penciptaan tidak ada kaitannya dengan teori ilmiah
tentang proses fisika kosmologi yang terjadi pada masa lalu. Menurut mereka dunia
tidak pula menjadi bagian dari Tuhan, atau berbeda dengan Tuhan. Sejumlah
Teolog berbagi pandangan bahwa kitab suci membawa gagasan yang dapat diterima,
tidak tergantung pada kosmologi sains. Sains dan agama melayani fungsi yang
berbeda dalam kehidupan manusia. Tujuan sains adalah memahami hubungan sebab-akibat
diantara fenomena-fenomena alam, sedangkan tujuan agama adalah mengikuti suatu
jalan hidup di dalam kerangka makna yang lebih besar. Pemisahan tersebut
menutup kemungkinan adanya hubungan positif dan koheren antara sains dan agama.
3.
Dialog
Pendukung tesis dialog mengatakan bahwa sains memiliki perkiraan
dan pertanyaan-pertanyaan batas yang tidak dapat dijawab sendiri oleh sains. Maka
untuk menemukan jawaban atas pertanyaan sains itu, mereka menggunakan tradisi
keagamaan dengan doktrin biblikal tentang penciptaan yang memberikan
konstribusi penting terhadap kemajuan sains tanpa merusak integritas sains itu
sendiri.
4.
Integrasi
Pendukung tesis integrasi merespon masalah kosmologi ini dengan
korelasi yang lebih dekat antara kepercayaan keagamaan dengan teori ilmiah
daripada yang dilakukan oleh pendukung tesis dialog. Gagasan mereka adalah
bahwa Tuhan benar-benar mengontrol semua peristiwa penciptaan yang tampak oleh
manusia sebagai kebetulan. Manusia dapat melihat desain proses keseluruhan di
dalam kehidupan yang terjadi dengan kombinasi dan ciri proses tertentu.
Keindahan bumi yang luar biasa mengekspresikan rasa syukur atau berkah
kehidupan, serta bentangan ruang dan waktu kosmos yang tak terbayangkan
memperlihatkan kerja Sang Pencipta yang diidentifikasi bertujuan sebagai
tatanan pemikiran bagi manusia bahwa segala sesuatu terjadi menurut perencanaan
yang sangat terperinci dan dalam kontrol total Tuhan.
Beberapa fisikawan memandang adanya bukti desain dalam alam semesta
ini. Dyson misalnya telah memberikan sejumlah contoh tentang sejumlah peristiwa
yang tampaknya mengarah ke terbentuknya alam semesta yang dapat dihuni.
Kemudian dia menyimpulkan bahwa semakin banyak dia menelaah alam semesta
dan mencermati detail arsitekturnya, semakin banyak bukti yang saya temukan
bahwa alam semesta dalam sejumlah pengertian telah mengetahui keberadaan kita,
artinya telah desain arsitekturnya telah dicocokkan dengan kondisi biologis
kita. Kaum beragama telah menggap hal ini sebagai bagian dari desain Tuhan.
Setelah meninjau pandangan keempat tipe hubungan sains dan agama
dalam merespon masalah penciptaan, penulis lebih mendukung dan mengakomodasi
pendekatan integrasi dalam menghubungkan sains dan Islam, karena dalam hubungan
integrasi ini keanekaragaman realitas yang relatif terpadu dengan Kesatuan
Realitas yang Mutlak. Di mana realitas sains memiliki konvergensi dengan
realitas yang diungkapkan Alquran mengenai fenomena alam dan manusia. Tanpa
integritas keduanya, manusia akan terus menghadapi problematika modernitas
sains di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
No comments:
Post a Comment